Kali ini kita berada pada frekuensi
jejak inspirasi dengan tema “Menulis Momen Spesial”seperti judulnya suguhan
yang disajikan juga membawa kita menikmati momen pembelajaran yang berbeda. Bapak
Munif Chatib memperkenalkan diri sekaligus memberikan materi dengan media video,
melalui channel youtube miliknya. Pa Munif yang dikenal sebagai Penulis Best Seller
dengan karya-karya fenomenalnya yakni “Gurunya Manusia” dan “Sekolahnya Manusia”
juga merupakan Dosen FKIP UNUSA Surabaya, Ceo Next Edu, Konsultan
pendidikan.Dan Direktur Sekolah model SCHOOL OF HUMAN Cibubur yang juga pengembang
Multiple Intelligences Research (MIR).
Vidio berdurasi kurang lebih 13
menit ini mampu menghipnotis kita untuk menyimak dengan baik materi yang
diberikan. Suara Pak Munif yang khas
diiringi musik instrumental yang menenangkan menjadi daya tarik tersendiri
untuk hanyut memahami setiap kalimat-kalimat penjelasan yang Pak Munif
sampaikan. Simple tapi bermakna itulah yang disuguhkan Pak Munif Chatib dalam
vidionya.
Pak Munif dalam slide vidionya
memulai penjelasan tentang momen spesial. Apa sih momen special itu? Momen spesial
itu sebenarnya adalah kejadian khusus yang terjadi antara guru dan siswa baik
dalam kelas maupun di luar kelas, yang tak terlupakan seumur hidup. Momen spesial
ini bisa meliputi banyak hal, diantaranya ada 3 perubahan besar yang berarti
yakni:
1. Perubahan Motifasi : dari yang awalnya tidak
berminat menjadi berminat atau sebaliknya.
2. Perubahan Kemampuan : yang awalnya tidak mampu
menjadi bisa atau sebaliknya.
3. Perubahan Sikap : yang tadinya tidak disiplin
menjadi disiplin dan sebagainya
Inilah makna moment spesial dan
ketika kita mengajar kita harus peka terhadap momen special.
Ketika kita mengajar tidak lari
dari 3 perubahan ini dan ini bisa terjadi pada tahapan pendahuluan inti ,atau penutup.
Pada 3 tahapan pembelajaran ini bisa berpeluang untuk terjadinya momen special,
yang merupakan bahan baku untuk menulis
dan guru tidak boleh kering dari bahan baku untuk menulis.
1.
Pembaca tak akan
lupa seumur hidup, karena berpotensi untuk masuk dalam memori jangka panjang.
5
Pintu pembuka untuk masuk ke memori jangka panjang, Jika kita belajar
Neurosains kita akan belajartentang ke lima pintu ini.yaitu
- - First experience.
Pengalaman perta masuk memori jangka panjang Kita cek saja Semua pengalaman
pertama yang kita lalui pasti tak terlupakan
- - Relevance
: Relevan / berkaitan materinya dengan diri siswa atau satu kelas,kalo tdk
berkaitan pasti akan hilang.
- -
Rehearsal,
hal yang diulang-ulang
- - Emotional, emosi yang diaduk aduk, ada perasaan bahagia, takut, benci, panic , bahagia ,dll, yang digodok itu emosi. Emosional itu adalah perasaaan yang bermacam macamdari suka maupun duka.Rahasianya pada saat kita mulai dari apersepsi dan penutup. Metode apapun akan memjadi hidup dan emosional ketika awal dan akhirnya keren.Apalagi kita bisa menghubungkan materi ajar dengan kejadian yang dialami siswa siswi kita secara personal. Sebagai contoh ,Pak Munif pernah mengajar di SD kelas 2 di Sidoarjo Jawa Timur, ketika terjadi lumpur lapindo. Beliau menggunakan apersepsi tentang bencan tersebut dan beberapa siswa menangis sebab rumah keluarga mereka ada yang terkena bencana.
- - Survival,
bagaimana mengajar yang mempunyai unsur bertahan dalam hidup,untuk keselamatan
hidup. Atau kejadian yang tidak normal dari biasanya itu termasuk survival.
Nah,
Jadi kita harus peka ketika mengajar. Jika dalam pembelajaran kelima ini harus
ada.kalo tidak setelah mengajar ,bel bordering, ilmu juga waalaikum salam.
2.
Potensi menjadi
tulisan yang dibaca ,dikenang,dishare dan dicari
3.
Mudah ditulis dengan
artikel-artikel bebas, jadi tidak ketat dengan aturan
Bagaimana
tahapan menulis momen special ?
1.
Catat
atau rekam kejadian momen spesail pada saat terjadi, jangan di tunda.
Jadi
kalo kita ngajar ketemu dengan momen-moment special ,apakah momen special itu
hadir dipendahuluan, isi atau penutup, apakah problem motifasi ,kemampuan atau
sikap, maka catat atau rekam frasenya.
2.
Elaborasi,
Mencari data pendukung terhadap moment special, fakta atau bertanya atau
tambahkan imajinasi kita.
3.
Menulis
dalam bentuk artikel bebas
Diskusi
berlanjut, meski tak berbalas langsung dengan beliau namun setiap pertanyaan
yang kami sampaikan tersampaikan lewat Om Jay dan langsung dijawab Bapak Munif
tanpa terkecuali, semua pertanyaan menginspirasi ,Jawaban Pak Munif juga sangat
memotifasi dan memberi ruang tersendiri dalam hati, karna benar Materi yang
disampaian merupakan momen special yang tak terlupakan dan membawa kita
mengenang segala hal yang mengesankan dalam pembelajaran.
Sebagai
tambahan ilmu hasil rangkuman pertanyaan teman teman inilah jawaban jawaban
yang menambah khasanah pengetahuan kita.
·
Dari
sebuah kalimat momen special, bisa dikebangkan menjadi beberapa paragraf.
Banyak cara. Menurut Pak Munif , mulailah dengan mengidentifikasi masalahnya
apa, Caritahu penyebabnya, Cari tahu dampak jika masalah tidak
diselesaikan.,hikmah kejadian itu apa?
·
Perbanyaklah
latihan.Coba setelah mengajar bertanyalah kepada diri kita sendiri
1. Apakah ada siswa
yang tidak memperhatikan pelajaran kita? Kenapa?
2.Apakah ada siswa
yang membantah kita? Kenapa?
Jadi cara menumbuhkan
special momen dengan memperhatikan karakter negative yang terjadi
dikelas.Percayalah kita lebih mudah mengamati karakter negative dari pada yang
positif.Masih Ingat kata kata orang bijak: JANGAN TAKUT SALAH, SEBAB ITULAH
JALAN UNTUK MENDAPATKAN KEBENARAN. Bahkan momen negatif lebih kuat muatan
emosionalnya,hanya saja kejadian dan
nama gunakan inisial saja.
·
Tulis
saja dulu, harus yakin kalau tulisan kita sendiri enak dibaca. Nanti pada saat
edit ,barulah kita mulai menulis terlebih dahulu, Boleh juga dengan meminta
teman untuk membaca dan meminta pendapatnya. Menurut Pak Munif jika kita sudah
menulis, itu adalah 80%
keberhasilan.Sedangkan 20% nya adalah belajar memperbaiki tulisan kita.
Nah,
Ini contoh momen special dari Pak Munif seperti apa ceritanya silahkan larut
dalam artikel special momen ini.
80
MENIT DI KELAS NERAKA
*
Oleh Munif Chatib
Handphone berdering. Seorang teman, kepala
sekolah, meminta waktu saya untuk dapat mengajar di SMP, tepatnya di kelas 8 B.
Beliau mengatakan agar sekali dayung tiga empat pulau terlampau. Pak Munif
mengajar dengan strategi multiple intelligences, para guru nanti mengobservasi.
Setelah itu dibahas bersama dalam pelatihan guru. Saya menyetujui dengan senang
hati. Namun keringat dingin menjalar, ketika saya tanya mengapa harus SMP Kelas
8 B?
“Itu kelas paling nakal, siswanya
tidak bisa diatur. Hampir semua guru kewalahan mengajar di kelas itu. Siswanya
tidak menghargai guru. Membuat ‘geregetan’ guru dan akhirnya semangat guru
menurun kala harus mengajar di kelas tersebut. Dan temanya adalah ‘MENGHORMATI
GURU’,” jawab kepala sekolah tersebut. Saya cuma bisa menelan ludah.
Membayangkan mengajar tema menghormati guru di kelas yang semua siswanya paling
tidak mau menghormati guru.Tak sabar menunggu subuh, saya mulai membuat
lessonplan.
Tepat pukul 08.00 saya sudah berada di sekolah
tersebut. Dengan ditemani kepala sekolah, saya mendapatkan informasi yang
‘mengerikan’ tentang kondisi siswa di kelas tersebut.
“Kami, para guru sudah
habis-habisan, namun hasilnya masih tidak seberapa. Dengan cara apalagi?” keluh
kepala sekolah.
Beberapa guru bergantian cerita
pengalama yang mengerikan ketika mengajar di kelas tersebut. Sembari
menyebutkan beberapa nama yang termasuk ‘biang kerok’ kelas tersebut. Kaptennya
adalah si Malik, sang ketua kelas. Namanya mirip dengan nama malaikat penjaga
neraka. Tanpa sadar, teman-teman guru telah membangun tembok-tembok penghalang
antara saya dengan anak-anak di kelas 8 tersebut. Tembok penghalang itu terasa
memenuhi kepala saya.
Terdengar bunyi bel pertanda
pergantian guru. Diiringi beberapa guru, saya menaiki tangga lantai 2. Saat
melangkah saya berusaha merobohkan tembok-tembok penghalang yang memenuhi isi
kepala saya. Akhirnya tepatlah saya berdiri di depan pintu kelas ‘panas’
tersebut. Dengan mengucapkan bismillah, saya memasukinya sembari saya buang
semua gambaran negatif tentang siswa di kelas itu. Saya membayangkan semua
siswanya baik, dapat di ajak kerja sama. Tidak ada siswa yang nakal dan kurang
ajar. Semua siswa tersebut pasti akan mau menjadi sahabat saya. Dan mereka mau
dengan rela mengikuti pelajaran ini. Lalu target materi tuntas. Saya melakukan
‘positive thinking’ di depan kelas tersebut.
Dan benar, saat di dalam kelas,
saya menatap wajah mereka satu persatu. Wow luar biasa, saya melihat
wajah-wajah siswa yang haus akan ilmu pengetahuan. Wajah-wajah yang haus
sentuhan pengajaran yang manusiawi. Saya memperkenalkan diri dengan cara yang
unik dan meminta semua siswa mengenalkan diri dengan menyebut cita-citanya 15
tahun lagi. Hampir semuanya ingin menjadi pemain bola. Tak lupa saya langsung
mendoakan mereka agar Allah mengabulkan cita-cita mereka.
“Amiiiiiiin,” serentak mereka
menjawab.
Alhamdulillah, menit-menit awal saya merasa
berhasil mengambil hati anakanak ‘unik’ ini. Saya tambah semangat menggilir
siswa-siswa tersebut tenggelam dalam profesi masa depannya. Saya bertanya
kepasa setiap siswa, mengapa ingin menjadi pemain bola. Walhasil tidak ada
satupun siswa yang diam. Ternyata satu hal yang penting, anak-anak yang katanya
nakal ini ternyata mempunyai mimpi, mempunyai harapan, berarti mereka mempunyai
motivasi untuk belajar.
”Anak-anakku, 30 menit ke depan
kita akan berdiskusi. Untuk itu saya membutuhkan seorang notulen dan moderator.
Kalian dibagi menjadi 4 kelompok,
terserah terbagi atas dasar apa, pokoknya ada unsur persamaannya.
Sebagai moderator saya sendiri
dan notulennya saya minta dari kalian yang tulisannya bagus.”
Langsung Nasyirudin angkat
tangan, siap menjadi notulen. Saya meminta semua seisi kelas memberi tepuk
tangan kepada Nasyirudin.
“Nasyirudin, keberhasilan
pelajaran ini 75% tergantung kepada kelihaian kamu merangkup proses dan hasil
diskusi ini,” saya menegaskan.
“Siap Pak Munif,” jawab
Nasyirudin dengan semangat sembari menyiapkan buku tulis dan pulpennya.
“Hanya 10 detik, waktu kalian hanya 10 detik
untuk membentuk 4 kelompok. Satu, dua tiga ...,” perintah saya setengah
berteriak. Maklum sudah kadung terbakar.
Praktis kelas ribut dan subhanallah tepat 10
detik, kelas sudah terbagi menjadi 4 kelompok dengan 4 nama yang dibuat mereka
sendiri. Saya tambah yakin kehadiran saya benar-benar diterima oleh mereka.
Lalu saya meminta setiap siswa membuka halaman kosong di buku tulisnya
masing-masing. Lalu saya minta mereka menuliskan satu nama guru mereka, yang
selama ini mereka anggap negatif. Apakah guru itu tidak menyenangkan, sering
menyakitkan hati, atau lainnya, pokoknya yang negatif.
“Tulis satu nama guru kalian
tepat ditengah kertas. Lalu di sampingnya beri tanda tanya besar. Lalu tutup
kembali buku tersebut. Nanti di akhir pelajaran kita akan buka kembali,” kata
saya.
Mereka berpikir sejenak. Ada yang
tersenyum, saling menoleh kepada temantemannya. Ada yang geleng-gelang kepala.
Saya merasa ada penghalang dan saya tahu itu. Mereka tidak enak dengan guru
mereka yang sedang duduk di belakang kelas. Langsung saya berkata,
“Anak-anakku, jika guru tersebut
ada di belakang kelas kita, tidak apa-apa. Tulis saja lalu tutup. Tidak akan
pernah ada yang tahu.”
Rupanya kata-kata saya seperti menjadi
penenang buat para siswa. Dan tak lama kemudian mereka semua selesai menulis
satu nama itu. Memang dengan berat sekali nama itu ditulis.
Saya memulai diskusi dengan melemparkan sebuah
masalah kepada semua kelompok. Masalahnya adalah apa saja penyebab kebanyakan
siswa tidak suka kepada guru, sehingga mereka tidak menghormati guru. Apa saja
penyebabnya.
“Waktu hanya 10 menit, diskusikan
apa saja penyebabnya. Lalu wakil per kelompok maju untuk presentasi.” Luar
biasa, belum 10 menit mereka sudah rampung menyelesaikan masalah pertama. Yang
membuat saya dan teman-teman guru terhenyak adalah presentasi setiap kelompok.
“Yang membuat guru tidak menyenangkan adalah sering
memerintah mencatat terus
sampai tangan saya capai.”
“Sering marah tanpa ada sebab.”
“Tidak boleh ke toilet.”
“Cerewet.”
“Sering memberi tugas berat.”
“Kalau ada siswa berantem, malah di adu.”
Saya tahu suasana kelas tiba-tiba
menjadi tegang. Betapa tidak, di belakang mereka adalah guru-guru mereka. Kelas
tersebut menjadi ajang curhat. Untuk mencairkan suasana, saya meminta semuanya
bertepuk tangan. Masalah pertama telah selesai, dan si notulen dengan giat
terus menulisnya. Saya menantangnya dengan masalah kedua.
“Coba diskusikan lagi masalah kedua. Apa yang
harus kalian usulkan kepada para guru agar masalah pertama tidak terjadi.
Sehingga hubungan antara siswa dengan guru menjadi harmonis.”
Kembali kelas ramai berdiskusi. Dan mereka
kembali melakukan presentasi yang luar biasa. Perhatikan apa sebenarnya yang
diinginkan para siswa kelas ‘terheboh’ itu.
“Mestinya kami lebih banyak
diperhatikan oleh guru.”
“Mestinya kami sering diajak bicara oleh
guru.”
“Mestinya kami lebih sering diajak membuat
kesepakatan-kesepakatan.”
“Mestinya guru harus percaya kepada kami,
tanpa mencatat berlembar-lembar, kami
mau belajar.”
“Apa mungkin guru mengunjungi rumah kami, agar
tahu kami ini adalah keluarga yang
tidak lengkap.”
Dan klimaksnya, terlontar
pernyataan:
“Mestinya kami harus disamakan dengan anak
yang lain. Tidak dicap nakal.”
Saya langsung meminta mereka serius dalam
menjawab pertanyaan pamungkas dari saya.
“Apa jika keinginan kalian
dipenuhi, di kelas ini akan terjadi keadaan yang harmonis antara guru dengan
kalian? Apakah kalian mau dengan rela dan ikhlas memandang guru kalian seperti
orangtua kalian layak yang dihormati?”
Mereka serempak menjawab ‘mau’ dan mengangguk.
Lalu saya menuliskan di papan tulis untuk di salin oleh siswa di buku tulisnya.
Saya menggunakan metode mind map untuk mencatat. Saya tulis di tengah-tengah
MENGHORMATI GURU. Lalu saya tarik garis ke atas dengan frase ARTI HORMAT
(WHAT). Lalu garis menyamping MENGAPA GURU DI HORMATI (WHY). Dan garis ke bawah
SELANJUTNYA BAGAIMANA (WHAT NEXT)? Pada frase ARTI HORMAT, saya tarik
garis-garis cabang antara lain kerjasama, saling percaya, memberikan respon
positif, tanggung jawab, dan bicara yang santun. Sedangkan pada MENGAPA GURU
DIHORMATI?, saya menarik cabang-cabang antara lain merekalah pemberi ilmu,
pengubah perilaku negatif, pengajar cara berpikir, sumber profesi dan
menyelamatkan dunia dan akhirat. Puncaknya pada frase WHAT NEXT?, dengan tegas
saya tulis, harus mengikuti pelajaran, menyelesaikan target belajar, berterima
kasih kepada guru dan memohon maaf secepatnya jika mempunyai salah.
Dengan antusias semua siswa mencatat mind map
di buku tulisnya. Ada yang berbeda dari biasanya. Mereka menulisnya dengan
posisi landscape dan dimulai dari tengah. Saya menantang siswa untuk nanti
malam di salin kembali ke dalam kertas gambar A3 dengan warna warni. Setelah
selesai mencatat, saya bertanya,
“Apakah kalian enjoy dengan mencatat model
seperti ini? Capai gak?”
“Asyiikkk, gak capai ...,” jawab mereka
serempak.
Lalu saya minta mereka membuka
kembali kertas yang berisi nama guru yang tidak disukai, yang mereka tulis di
awal belajar. Kembali saya meletupkan emosi mereka.
“Coba adik-adik, bayangkan wajah
guru yang kalian tulis. Ada tanda tanya disana. Apa maksudnya? Tidak lain
adalah pertanyaan yang harus kalian jawab dengan hati kecil kalian. Apa benar
mereka cerewet? Apa benar mereka galak? Sehingga tidak kalian sukai atau bahkan
membencinya. Apa benar? Coba jawab dengan nurani kalian. Setelah kalian tahu
merekalah yang akan menyelamatkan dunia dan akhirat kalian.Merekalah yang
berusaha cita-cita kalian terwujud, yang ingin jadi pemain bola, dokter, pelaut
bahkan pembalap. Apa kalian sadar, dari guru yang namanya kalian tulis itulah
keinginan kalian akan mulai terwujudkan. Lalu apa pantas sekarang kalian
mengatakan mereka tidak menyenangkan? Ayo bagi yang merasa masih punya hati,
silahkan berdiri, bangkit, temui guru yang kalian tulis tersebut.
Ucapkan permohonan maaf yang
benar-benar dari hati. Kapan lagi kalau tidak sekarang. Ayo berdiri cari guru
kalian. Dan selanjutnya, ada airmata yang mengucur antara guru dan siswa.
Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT, saya berhasil menutup 80 menit
mengajar dengan cantik. Siswa memahami pengertian tentang sikap menghormati,
mengapa guru harus dihormati dan bagaimana cara siswa menghormati guru dalam
kehidupan sehari-hari.
*Disadur
dari buku Gurunya Manusia, karya Munif Chatib
Tonton
juga Vidio Pembelajaran dari Pak Munif Chatib , melalui Channel Youtube MunifChatib jangan lupa komen like dan subscribe ya...
mari kita ciptakan momen belajar yg berkesan di kelas kita, https://youtu.be/fjEA2LXgPGk
BalasHapustrima kasih om Jay
Hapus