Jumat, 10 April 2020

Frekuensi Jejak Inspirasi IX ( Dasar Menulis : Kata, kalimat, Paragraf)



Assalamualaikum, Wr. Wb.

Terima kasih Mr.BamS atas waktunya dan terima kasih Omjay atas kesempatan yang diberikan.
Selamat malam waktu Indonesia dan selamat siang Waktu Austria Bapak dan Ibu peserta menulis.
Apa kabar?
Semoga senantiasa dalam keadaan sehat.
Alhamdulillah, siang ini pukul 14:00 di Austria cuacanya cerah. Seperti ini pemandangan dari student dormitory saya di lantai 11.


 



                 Meski ada perbedaan waktu antara Austria dan Indonesia tidak menjadi penghalang untuk bapak Imam berbagi dengan kami. Beberapa hari sebelumnya Pak Imam sudah memberikan pengantar materinya lewat blog https://tigabelase.wordpress.com/2020/04/06/dasar-menulis-kata-kalimat-dan-paragraf/ Materi malam ini tentang DASAR MENULIS: Kata, Kalimat dan Paragraf.Narasumber kita kali ini adalah bapak Imam Fitri Rahmadi, dosen Universitas Pamulang yang sekarang sedang kuliah S3 di Johannes Kepler Universität Linz Austria (2019-sekarang). Pernah menulis 2 buku yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo ketika masih kuliah S1 di UIN Jakarta (2018-2013). Pada penghujung kuliah S2 di Universitas Negeri Jakarta (2016),Pak Imam mulai tertarik untuk menekuni penulisan akademik. Pada akhirnya, ketika mulai menjadi dosen di Universitas Pamulang (2017), Pak Imam mengelola jurnal, menjadi reviewer jurnal kampus lain, dan banyak mengikuti pelatihan penulisan akademik bahasa Inggris untuk keperluan persiapan studi lanjut ke luar negeri.
Lebih lanjut,Pa Imam  membagi sesi selama 120 menit ini menjadi 3 bagian:
1.            30 menit: membaca materi
2.            60 menit: diskusi atau tanya-jawab materi
3.            30 menit: latihan menyusun paragraf
Jadi, sesi kali ini berisi materi dan tanya-jawab, serta latihan penyusunan paragraf yang materi latihannya juga sudah di siapkan.

Berikut kutipan materi tentang dasar menulis :

Semua orang bisa menulis. Paling sederhana menulis status di WhatsApp dan Facebook, atau sekadar menulis keterangan foto yang diunggah di Instagram. Tulisan bisa menggunakan kata, kalimat, dan bentuk paragraf sesukanya. Menulis secara personal memang sangat bebas tidak harus sesuai dengan suatu aturan penulisan tertentu. Berbeda jika ingin menulis formal, apalagi menulis untuk keperluan akademik, terdapat berbagai kaidah baku yang harus diikuti.

Penulisan Personal , Formal dan Akademik

Penulisan personal adalah sebagaimana anda menulis status atau menulis blog dengan gaya personal. Penulisan formal biasanya digunakan oleh para jurnalis untuk menulis berita atau oleh para blogger profesional untuk menulis artikel populer. Sedangkan penulisan akademik digunakan oleh para akademisi untuk menulis berbagai karya ilmiah seperti makalah, laporan penelitian, atau artikel jurnal.

Ketiga konteks penulisan dibahas supaya dapat memberikan gambaran besar dan perbedaan di antara ketiganya. Pemilihan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf merupakan hal paling mendasar yang perlu dipelajari supaya dapat menulis dengan baik. Jika hal tersebut sudah dikuasai, anda akan dapat membuat tulisan yang enak dibaca dan mudah dipahami sesuai dengan tujuan dan konteks penulisan.

Pemilihan Kata

Pemilihan Kata

Perihal pilihan kata disebut dengan diksi. Antara penulisan personal, formal, dan akademik, diksi yang digunakan bisa sangat berbeda meskipun dimaksudkan untuk mengungkapkan hal yang sama. Cermati tiga kalimat di bawah ini:
Ibu guru sedang ngobrol-ngobrol dengan kepala sekolah
Ibu guru sedang berbincang-bincang dengan kepala sekolah
Ibu guru sedang berdiskusi dengan kepala sekolah
Berbeda satu kata saja dapat merubah rasa dari kalimat. Antara ngobrol-ngobrol, berbicara, dan berdiskusi, ketiganya sama-sama menggambarkan proses bertukar informasi antara ibu guru dengan kepala sekolah. Namun, kata ngobrol-ngobrol terasa lebih personal, kata berbicara terasa lebih formal, sedangkan kata berdiskusi terasa lebih akademik.

Contoh sederhana lainnya, seperti kata ganti orang pertama: gue, aku, dan saya, yang memiliki rasa tersendiri jika dipakai pada sebuah kalimat. Gue dan aku terasa sangat personal, sedangkan saya terasa lebih formal. Lalu bagaimana untuk penulisan akademik?

Pada penulisan akademik, kata ganti personal baik orang pertama, kedua, atau ketiga sebaiknya dihindari dengan mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan menghilangkan kata gantinya. Misalkan, “saya melakukan penelitian ini untuk mendeskripsikan . . .”, maka sebaiknya ditulis seperti ini: “penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan . . .”

Jadi, silakan dilihat dan dipertimbangkan kembali diksi dalam tulisan anda selama ini; apakah cenderung personal, lebih formal, atau bahkan sangat akademik?



Penulisan Kalimat

Menulis kalimat yang baik sesuai dengan Subjek, Prediket, Objek, dan Keterangan (SPOK) sudah ipelajari sejak di bangku Sekolah Dasar (SD). Apakah anda masih ingat?
Jika masih ingat, berarti baru saja anda membayangkan sebuah kalimat sederhana atau tunggal yang setidaknya terdiri dari subjek dan predikat, seperti “saya membaca” atau yang lebih lengkap “saya membaca tulisan di blog.” Namun, yang selama ini jarang dipraktekkan dalam menulis, bahwa juga terdapat aneka bentuk kalimat majemuk yang perlu diterapkan dalam tulisan anda supaya tidak monoton dan lebih menarik untuk dibaca.

Kalimat terdiri dari kalimat sederhana (simple sentence), kalimat gabungan (compound sentence), kalimat kompleks (complex sentence), dan kalimat campuran.

Sederhana:
Saya membaca tulisan di blog

Gabungan:
Saya membaca tulisan di blog untuk menambah pengetahuan saya tentang cara menulis kalimat.

Kompleks:
Saya membaca tulisan di blog ketika sedang bekerja dari rumah.

Campuran:
Saya membaca tulisan di blog untuk menambah pengetahuan saya tentang cara menulis kalimat ketika sedang bekerja dari rumah.

Jadi, anda harus menerapkan variasi kalimat dalam setiap paragraf supaya tulisan tidak monoton dan lebih menarik untuk dibaca. Variasi kalimat ini berlaku untuk penulisan personal, formal, dan akademik. Mari kita simak bagaimana menyusun paragraf dulu, setelah itu akan saya jelaskan penerapan variasi kalimat dalam sebuah paragraf.

Penyusunan Paragraf

Apa itu paragraf?
Paragraf adalah kumpulan kalimat yang mempunyai satu kalimat topik (topic sentence) sebagai ide pokok atau gagasan utama (main idea) dan beberapa kalimat penjelas (supporting sentences) sebagai detail yang menjelaskan ide pokok.

Paragraf Deduktif dan Paragraf Induktif , Mana yang tepat digunakan agar tulisan enak dibaca?
Secara umum, paragraf dibagi menjadi dua, yaitu paragraf deduktif dan induktif. Paragraf deduktif meletakkan gagasan utama pada kalimat pertama dalam paragraf dengan penjelasan dari umum ke khusus. Sedangkan paragraf induktif adalah sebaliknya; gagasan utama pada kalimat terakhir dalam paragraf degan penjelasan dari khusus ke umum. Nah, supaya tulisan enak dibaca dan mudah dipahami, sebaiknya gunakan jenis paragraf yang pertama.

Bagaimana cara membuat kalimat topik?
Gunakan bentuk kalimat sederhana untuk membuat kalimat topik. Cara gampang untuk membuat kalimat topik, adalah pastikan anda meletakkan ide pengontrol atau controlling idea pada setiap kalimat topik. Bentuk kalimat penjelas harus bervariasi, terdiri dari kalimat gabungan dan kompleks, serta dilengkapi dengan konjungsi sebagai transisi antar kalimat supaya paragraf mengalir dengan baik, enak dibaca, dan mudah dipahami.

Gagasan utama yang terletak pada kalimat pertama dalam sebuah paragraf memudahkan pembaca untuk langsung mendapatkan ide pokok paragraf di awal. Berbeda ketika gagasan utama diletakkan pada kalimat terakhir dalam sebuah paragraf, pembaca harus membaca sampai ujung paragraf dulu baru mendapatkan ide pokoknya

Bagaimana caranya menyusun paragraf yang enak di baca dan mudah dipahami?
Caranya sederhana untuk membuat paragraf yang enak di baca dan mudah dipahami: tulis kalimat topik dalam bentuk kalimat sederhana, baru kemudian lakukan variasi bentuk kalimat pada beberapa kalimat penjelasnya. Jadi, kalimat topik yang berlaku sebagai gagasan utama harus ditulis dalam bentuk sesederhana mungkin. Hindari menggunakan kalimat gabungan dan kompleks untuk menuliskan gagasan utama. Sebaliknya, lakukan aneka variasi kalimat pada beberapa kalimat penjelas dan diperhalus transisinya dengan konjungsi atau kata penghubung.

Supaya lebih jelas, mari kita lakukan simulasi paragraf dengan menggunakan beberapa kalimat berikut:
Kalimat topik:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan.
Beberapa kalimat penjelas:
Bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas.
Karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri.
Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit.
Bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel.
Lebih banyak waktu untuk keluarga.
Menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi.
Menghemat biaya operasional kantor.


Dan hasilnya seperti ini:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan. Pada satu sisi, bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas sehingga karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri. Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit. Pada sisi lain, bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel dan lebih banyak waktu untuk keluarga. Selain itu, bekerja dari rumah bukan hanya dapat menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi tetapi juga menghemat biaya operasional kantor.
Satu hal lagi tentang paragraf yang penting disampaikan sebelum tulisan ini saya sudahi. Masih banyak yang kebingungan dalam membuat kalimat topik sebagai gagasan utama dalam paragraf. Baik, cara gampang untuk membuatnya, adalah pastikan anda meletakkan ide pengontrol atau controlling idea pada setiap kalimat topik. Contohnya seperti kalimat topik di atas: “Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan”, di sini kekurangan dan kelebihan bekerja dari rumah menjadi ide pengontrolnya. Ada lagi misalnya: “Pencegahan virus Corona dapat dilakukan dengan berbagai cara,” maka di sini berbagai cara pencegahan virus dijadikan pengontrol paragraf sehingga kalimat penjelasnya harus terdiri dari beberapa kalimat yang memberikan informasi apa saja berbagai cara pencegahannya.

Diskusipun semakin menarik dengan pertanyaan pertanyan dari teman teman digrup, bberapa pertanyaan yang muncul dalam diskusi kita diantarannya:

1.                   Bagaimana proses dan rahasia kreatif Anda?
Proses dan rahasia kreatif yang saya lakukan adalah dengan membaca.
Inspirasi itu secara ilmiah bukan berarti ditemukan dengan merenung di bawah pohon atau duduk di pinggir danau sambil melamun. Jika anda ingin menulis, berarti harus banyak baca dulu. Memperbanyak input sebelum outputnya ditulis.
2.                 Adakah hambatan terbesar selama proses kreatif ini?
 Hambatan terbesar adalah mencari Niche alias topik yang orisinil yang belum ditulis oleh orang lain. Saya lebih sudah menyebutnya sebagai tantangan. Ibarat mau meneliti, tantangannya adalah mencari reserach gap sebagai novelty penelitian kita.
3.                    Bagaimana Anda melihat fenomena literasi pada generasi milenial saat ini? Terutama dengan maraknya medsos dan berita hoaks.
Literasi digital generasi milenial masih sangat minim. Gerakan literasi digital di Indonesia sudah banyak yang mengarah ke penanggulangan hoaks, ciber bullying, pornografi, dan lainnya. Justru yang kurang adalah literasi digital untuk keperluan akademin sebagai bekal generasi milenial untuk belajar di era digital. Belum ada gerakan literasi digital yang mengarah ke situ. Tahun kemarin saya meneliti literasi digital untuk keprluan akademik bagi mahasiswa generasi milenial dengan hibah PDP Dikti. Senang jika ada yang meneruskan penelitian itu.
4.                   Bagaimana tips memilih konjungsi yang tepat untuk menghubungkan setiap kalimat dlm satu paragraf dan bagaimana menghubungkan antar paragraf?
Konjungsi antar kalimat dipilih berdasarkan jenis kalimatnya.
Sedangkan, konjungsi antar paragraf dikontrol dengan kalimat topiknya. Untuk menjawab ini harus melihat gambaran besar struktur sebuah artikel. Jadi, dalam pendahuluan, penulis mencantumkan thesis statement alias pendapat penulis dulu. Pendapat penulis mengandung beberapa kalimat topik. Nah, kalimat topik itu nanti yang akan ditaruh satu per satu di setiap paragraf. Sehingga satu artikel nyambung semuanya. Jadi, dilihat, kalau kalimatnya mengandung sesuatu yang kontras bisa gunakan konjungsi: namun, padahal, dan lainnya.
5.                   Dalam membuat kalimat harus jelas topik yang dibahas/ fiutarakan.  Apakah bisa untuk memperjelas kalimat yang dimaksud menggunakan bahasa dalam sebuah kalimat  menggunakan bahasa lokal. Dan apakah daerah lain paham jika menggunakan bahasa lokal.  Jika tanpa ada keterangan yg umum/ bahasa yg duketahui oleh umum.
Bisa. Cara penulisannya, bahasa lokal dituliskan dengan huruf miring. Kemudian dikasih penjelasan apa yang dimaksud dari istilah lokal yang digunakan tersebut. Apabila sudah ditulis miring sebetulnya dalam kaidah penulisan bahasa indonesia semua orang sudah paham kalau iti istilah di luar bahasa indonesia.
6.                   Bagaimana cara berlatih supaya kita pandai memilih atau menempatkan kata-kata, sehingga menarik bagi para pendengar atau pembaca?
Jadi, dalam pendahuluan, penulis mencantumkan thesis statement alias pendapat penulis dulu. Pendapat penulis mengandung beberapa kalimat topik. Nah, kalimat topik itu nanti yang akan ditaruh satu per satu di setiap paragraf. Sehingga satu artikel nyambung semuanya. Jadi, dilihat, kalau kalimatnya mengandung sesuatu yang kontras bisa gunakan konjungsi: namun, padahal, dan lainnya.
7.                   Lebih sulit mana menyusun kata kalimat paragraf dengan mengoreksi tulisan orang lain  Krn hukum nya sama ,Kalau membuat kalimat yg dilihat diparagraf tinggal memberi kata penyambung yg manis, jika mengoreksi tulisan org lain lbh sulit apa sebaliknya?
Hmmm..menyusun dan mengoreksi. Mengoreksi dalam arti apa ini?
Kalau membenarkan tulisan orang lain yang banyak kesalahannya memang cukup rumit. Mending ditulis ulang dengan kata sendiri. Ibarat penjahit, lebih suka jahit baju dari awal daripada harus benerin baju yang salah jahit.
Namun, jika dasar-dasar menulis sudah dikuasai, akan mudah mengoreksi tulisan orang lain.
8.                   Beberapa saat lalu saya cukup aktif berlatih menulis. Rasanya wkt itu agak lancar. Dalam kurun wkt 2 th tdk latihan lg. Saat memulai jadi kaku dan terasa harus mengulang dr awal. Mengapa begitu?
Bahasa secara alamiah memang seperti itu, baik dari segi writing, speaking, listening, maupun reading. Jadi, itu normal karena otak belum terbiasa untuk mengolah bahasa kembali.
Solusinya, membiasakan diri kembali untuk menulis. Sebetulnya tidak mengulang dari awal, Ibu tinggal me-recall/memanggil kembali kebiasaan Ibu dalam menulis dulu, kemudian mulai dibiasakan lagi mulai dari sekarang hingga ke depannya.
9.                   Bagai mana membuat  pragraf yg tepat ?
Praktik menulis paragraf yang tepat, sekiranya begini. Selalu tanyakan "what/why" apa atau kenapa dari kalimat topik.Jika kalimat topik membutuhkan detail apa, maka jelaskan apanya.
Jika kalimat topik butuh detail kenapa, maka jelaskan kenapanya.  Satu lagi, jika apa dan kenapa tidak berfungsi, saatnya berpikir alternatif dengan kata "jika". Yang ini agak susah dijawab dengan tulisan. Namun, beberapa paragraf dalam tulisan materi saya ada juga yang menggunakan alternatif kata "jika".
Seperti itu kurang lebihnya.
10.               Bagaimana membuat sebuah paragraf yg baik dan menarik untuk dibaca? karena sudah berkali-kali saya coba buat tulisan, tulisan saya kurang menarik dan biasa saja. Adakah tips khusus untuk mengembangkan sebuah diksi,kalimat, dan paragraf yg menarik untuk dibaca???
Setidaknya ada 2 model yang bisa membantu Ibu bagaimana menyusun paragraf yang baik:

11.               Untuk artikel bebas yang mana yang harus digunakan. kata personal, formal atau akademik?
Artikel bebas atau artikel populer bisa menggunakan antara kata personal atau formal. Yang pasti, kata ganti orang sangat dihindari dalam penulisan akademik.
Dalam konteks blog, saya dan anda masih termasuk formal, para blogger profesional banyak menggunakan kata ganti itu. Aku dan kamu bisa digunakan juga supaya terasa lebih personal. Jadi, lihat kembali siapa pembaca.

 12.             Tentang penggunaan kalimat, kata atau juga frasa
Terkadang dalam menulis buku ada beberapa istilah teknis yang justru kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sedikit aneh, dan mungkin berubah pemahaman bagi pembaca
Adakah ketentuan dari penerbit bahwa naskah diupayakan dalam bahasa Indonesia yang baku ?Saya baru membuat 2 buah buku melalui penerbit independen
Ada sedikit "kebebasan"dalam soal naskah
Tidak ada. Dalam tata bahasa indonesia yang resmi pun kata asing boleh dimasukkan dengan cara penulisan tertendiri. Biasanya dengan dicetak miring.
Semua tergantung konteks dan terget pembaca sebetulnya. Penerbit besar seperti Elexmedia, naskah teman saya diterbitkan di sana dengan gaya bahasa elu gue. Tidak msalah karena target pembaca anak alay.
13.               Sebaiknya dlm karya ilmiah menggunakan paragraf deduktif, induktif  atau campuran . Atau boleh semuanya.
Secara umum, boleh semuanya.
Namun, dalam teori penulisan akademik, supaya paragraf mudah dipahami gunakan paragraf deduktif. Jadi, kalimat pokok selalu di depan. Dalam penulisan artikel jurnal juga seperti itu.
Sejauh saya mengamati, penerapan paragraf deduktif, induktif  atau campuran, itu hanya diaplikasikan dalam reading atau naskah bacaan untuk ujian bahasa atau ujian sekolah.
Namun, praktek dalam menulis, yang banyak digunakan adalah paragraf deduktif.
14.               Apakah dalam penulisan  paragraf dalam sebuah buku misalnya buku untuk materi pembelajaran maka diksinya harus selalu akademik atau boleh bervariasi?
Sekali lagi, pemilihan diksi tergantung target pembaca.
Dalam konteks buku pelajaran sebaiknya gunakan diksi yang formal saja. Siswa akan bingung jika diksi terlalu akademik.
Beda misalkan membuat buku teks untuk anak kuliah atau kalangan akademisi, dimana ini sudah masuk ke penulisan akademik, gunakan diksi akademik.
15.               Apakah menulis harus benar benar menggunakan kata baku meskipun untuk cerita fiksi.
Tidak. Sederhananya, mengutip judul lagunya almarhum Glen Fredly, "terserah . . ." Sesuka penulisanya jika ingin menulis fiksi.
Namun, ada satu hal yang tetap dijadikan patokan, setiap satu paragraf pasti ada inti pesan yang ingin disampaikan meskipun dalam penulisan fiksi.
Tetapi, dalam penulisan paragraf tersebut tidak seketat penulisan non-fiksi.
16.               Bagaimana cara membuat kalimat utama yang baik ketika kita akan menyusun paragraf dan dimana menempatkan kalimat utama tersebut pada suatu paragraf, apakah di awal, di tengah, atau di akhir paragraf, agar lebih mudah dalam menjabarkan menjadi sebuah paragraf yang utuh dan baik?





 

  17.               Bagaimana cara membuat diksi yang indah dan bisa dinikmati oleh pembacanya?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTINGAN LAINNYA