Assalamualaikum, Wr. Wb.
Terima kasih Mr.BamS atas waktunya dan terima kasih Omjay atas kesempatan
yang diberikan.
Selamat malam waktu Indonesia dan selamat siang Waktu Austria Bapak dan Ibu
peserta menulis.
Apa kabar?
Semoga senantiasa dalam keadaan sehat.
Alhamdulillah, siang ini pukul 14:00 di Austria cuacanya cerah. Seperti ini
pemandangan dari student dormitory saya di lantai 11.
Lebih lanjut,Pa Imam membagi sesi selama 120 menit ini menjadi 3
bagian:
1. 30 menit: membaca materi
2. 60 menit: diskusi atau tanya-jawab materi
3. 30 menit: latihan menyusun paragraf
Jadi, sesi kali ini berisi
materi dan tanya-jawab, serta latihan penyusunan paragraf yang materi
latihannya juga sudah di siapkan.
Berikut kutipan materi
tentang dasar menulis :
Semua orang bisa menulis. Paling sederhana
menulis status di WhatsApp dan Facebook, atau sekadar menulis keterangan foto
yang diunggah di Instagram. Tulisan bisa menggunakan kata, kalimat, dan bentuk
paragraf sesukanya. Menulis secara personal memang sangat bebas tidak harus
sesuai dengan suatu aturan penulisan tertentu. Berbeda jika ingin menulis
formal, apalagi menulis untuk keperluan akademik, terdapat berbagai kaidah baku
yang harus diikuti.
Penulisan Personal ,
Formal dan Akademik
Penulisan
personal adalah sebagaimana anda menulis status atau menulis blog dengan gaya
personal. Penulisan formal biasanya digunakan oleh para jurnalis untuk menulis
berita atau oleh para blogger profesional untuk menulis artikel populer.
Sedangkan penulisan akademik digunakan oleh para akademisi untuk menulis
berbagai karya ilmiah seperti makalah, laporan penelitian, atau artikel jurnal.
Ketiga
konteks penulisan dibahas supaya dapat memberikan gambaran besar dan perbedaan
di antara ketiganya. Pemilihan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf
merupakan hal paling mendasar yang perlu dipelajari supaya dapat menulis dengan
baik. Jika hal tersebut sudah dikuasai, anda akan dapat membuat tulisan yang
enak dibaca dan mudah dipahami sesuai dengan tujuan dan konteks penulisan.
Pemilihan Kata
Pemilihan Kata
Perihal pilihan kata
disebut dengan diksi. Antara penulisan personal, formal, dan akademik, diksi
yang digunakan bisa sangat berbeda meskipun dimaksudkan untuk mengungkapkan hal
yang sama. Cermati tiga kalimat di bawah ini:
Ibu guru sedang
ngobrol-ngobrol dengan kepala sekolah
Ibu guru sedang
berbincang-bincang dengan kepala sekolah
Ibu guru sedang berdiskusi
dengan kepala sekolah
Berbeda satu kata saja
dapat merubah rasa dari kalimat. Antara
ngobrol-ngobrol, berbicara, dan berdiskusi, ketiganya sama-sama menggambarkan
proses bertukar informasi antara ibu guru dengan kepala sekolah. Namun, kata
ngobrol-ngobrol terasa lebih personal, kata berbicara terasa lebih formal,
sedangkan kata berdiskusi terasa lebih akademik.
Contoh sederhana lainnya, seperti kata
ganti orang pertama: gue, aku, dan saya, yang
memiliki rasa tersendiri jika dipakai pada sebuah kalimat. Gue dan aku terasa
sangat personal, sedangkan saya terasa lebih formal. Lalu bagaimana untuk
penulisan akademik?
Pada penulisan akademik, kata ganti
personal baik orang pertama, kedua, atau ketiga sebaiknya dihindari dengan
mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan menghilangkan kata gantinya.
Misalkan, “saya melakukan penelitian ini untuk mendeskripsikan . . .”, maka
sebaiknya ditulis seperti ini: “penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan
. . .”
Jadi, silakan dilihat dan
dipertimbangkan kembali diksi dalam tulisan anda selama ini; apakah cenderung
personal, lebih formal, atau bahkan sangat akademik?
Penulisan Kalimat
Menulis kalimat yang baik sesuai dengan Subjek,
Prediket, Objek, dan Keterangan (SPOK) sudah ipelajari sejak di bangku Sekolah
Dasar (SD). Apakah anda masih ingat?
Jika masih ingat, berarti baru
saja anda membayangkan sebuah kalimat sederhana atau tunggal yang setidaknya
terdiri dari subjek dan predikat, seperti “saya membaca” atau yang lebih
lengkap “saya membaca tulisan di blog.” Namun, yang selama ini jarang
dipraktekkan dalam menulis, bahwa juga terdapat aneka bentuk kalimat majemuk
yang perlu diterapkan dalam tulisan anda supaya tidak monoton dan lebih menarik
untuk dibaca.
Kalimat terdiri dari
kalimat sederhana (simple sentence), kalimat gabungan (compound sentence),
kalimat kompleks (complex sentence), dan kalimat campuran.
Sederhana:
Saya membaca tulisan di
blog
Gabungan:
Saya membaca tulisan di
blog untuk menambah pengetahuan saya tentang cara menulis kalimat.
Kompleks:
Saya membaca tulisan di
blog ketika sedang bekerja dari rumah.
Campuran:
Saya membaca tulisan di
blog untuk menambah pengetahuan saya tentang cara menulis kalimat ketika sedang
bekerja dari rumah.
Jadi, anda harus
menerapkan variasi kalimat dalam setiap paragraf supaya tulisan tidak monoton
dan lebih menarik untuk dibaca. Variasi kalimat ini berlaku untuk penulisan
personal, formal, dan akademik. Mari kita simak bagaimana menyusun paragraf
dulu, setelah itu akan saya jelaskan penerapan variasi kalimat dalam sebuah
paragraf.
Penyusunan Paragraf
Apa itu paragraf?
Paragraf adalah kumpulan
kalimat yang mempunyai satu kalimat topik (topic sentence) sebagai ide pokok
atau gagasan utama (main idea) dan beberapa kalimat penjelas (supporting
sentences) sebagai detail yang menjelaskan ide pokok.
Paragraf Deduktif dan Paragraf Induktif ,
Mana yang tepat digunakan agar tulisan enak dibaca?
Secara umum, paragraf dibagi menjadi dua, yaitu paragraf
deduktif dan induktif. Paragraf deduktif meletakkan gagasan utama pada kalimat
pertama dalam paragraf dengan penjelasan dari umum ke khusus. Sedangkan
paragraf induktif adalah sebaliknya; gagasan utama pada kalimat terakhir dalam
paragraf degan penjelasan dari khusus ke umum. Nah, supaya tulisan enak dibaca
dan mudah dipahami, sebaiknya gunakan jenis paragraf yang pertama.
Bagaimana cara membuat
kalimat topik?
Gunakan bentuk kalimat
sederhana untuk membuat kalimat topik. Cara gampang untuk membuat kalimat
topik, adalah pastikan anda meletakkan ide pengontrol atau controlling idea
pada setiap kalimat topik. Bentuk kalimat penjelas harus bervariasi, terdiri
dari kalimat gabungan dan kompleks, serta dilengkapi dengan konjungsi sebagai
transisi antar kalimat supaya paragraf mengalir dengan baik, enak dibaca, dan
mudah dipahami.
Gagasan utama yang terletak pada kalimat pertama dalam sebuah
paragraf memudahkan pembaca untuk langsung mendapatkan ide pokok paragraf di
awal. Berbeda ketika gagasan utama diletakkan pada kalimat terakhir dalam
sebuah paragraf, pembaca harus membaca sampai ujung paragraf dulu baru
mendapatkan ide pokoknya
Bagaimana caranya menyusun
paragraf yang enak di baca dan mudah dipahami?
Caranya sederhana
untuk membuat paragraf yang enak di baca dan mudah dipahami: tulis kalimat
topik dalam bentuk kalimat sederhana, baru kemudian lakukan variasi bentuk
kalimat pada beberapa kalimat penjelasnya. Jadi, kalimat topik yang berlaku
sebagai gagasan utama harus ditulis dalam bentuk sesederhana mungkin. Hindari
menggunakan kalimat gabungan dan kompleks untuk menuliskan gagasan utama.
Sebaliknya, lakukan aneka variasi kalimat pada beberapa kalimat penjelas dan
diperhalus transisinya dengan konjungsi atau kata penghubung.
Supaya lebih jelas,
mari kita lakukan simulasi paragraf dengan menggunakan beberapa kalimat
berikut:
Kalimat
topik:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan.
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan.
Beberapa
kalimat penjelas:
Bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas.
Karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri.
Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit.
Bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel.
Lebih banyak waktu untuk keluarga.
Menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi.
Menghemat biaya operasional kantor.
Bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas.
Karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri.
Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit.
Bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel.
Lebih banyak waktu untuk keluarga.
Menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi.
Menghemat biaya operasional kantor.
Dan hasilnya seperti ini:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan. Pada satu sisi,
bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas sehingga karyawan
harus membuat jadwal jam kerja sendiri. Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang
memiliki rumah sempit. Pada sisi lain, bekerja dari rumah justru waktu menjadi
lebih fleksibel dan lebih banyak waktu untuk keluarga. Selain itu, bekerja dari
rumah bukan hanya dapat menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi tetapi
juga menghemat biaya operasional kantor.
Satu hal lagi tentang paragraf yang penting disampaikan
sebelum tulisan ini saya sudahi. Masih banyak yang kebingungan dalam membuat
kalimat topik sebagai gagasan utama dalam paragraf. Baik, cara gampang untuk
membuatnya, adalah pastikan anda meletakkan ide pengontrol atau controlling
idea pada setiap kalimat topik. Contohnya seperti kalimat
topik di atas: “Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan”, di sini
kekurangan dan kelebihan bekerja dari rumah menjadi ide pengontrolnya. Ada lagi
misalnya: “Pencegahan virus Corona dapat dilakukan dengan berbagai cara,” maka
di sini berbagai cara pencegahan virus dijadikan pengontrol paragraf sehingga
kalimat penjelasnya harus terdiri dari beberapa kalimat yang memberikan
informasi apa saja berbagai cara pencegahannya.
Diskusipun semakin menarik
dengan pertanyaan pertanyan dari teman teman digrup, bberapa pertanyaan yang
muncul dalam diskusi kita diantarannya:
1.
Bagaimana proses dan rahasia kreatif Anda?
Proses dan rahasia kreatif yang saya lakukan adalah dengan membaca.
Inspirasi itu
secara ilmiah bukan berarti ditemukan dengan merenung di bawah pohon atau duduk
di pinggir danau sambil melamun. Jika anda ingin menulis, berarti harus banyak
baca dulu. Memperbanyak input sebelum outputnya ditulis.
2. Adakah hambatan terbesar selama proses kreatif ini?
Hambatan terbesar adalah mencari Niche alias
topik yang orisinil yang belum ditulis oleh orang lain. Saya lebih sudah
menyebutnya sebagai tantangan. Ibarat mau meneliti, tantangannya adalah mencari
reserach gap sebagai novelty penelitian kita.
3.
Bagaimana Anda
melihat fenomena literasi pada generasi milenial saat ini? Terutama dengan
maraknya medsos dan berita hoaks.
Literasi digital
generasi milenial masih sangat minim. Gerakan literasi digital di Indonesia
sudah banyak yang mengarah ke penanggulangan hoaks, ciber bullying, pornografi,
dan lainnya. Justru yang kurang adalah literasi digital untuk keperluan
akademin sebagai bekal generasi milenial untuk belajar di era digital. Belum
ada gerakan literasi digital yang mengarah ke situ. Tahun kemarin saya meneliti
literasi digital untuk keprluan akademik bagi mahasiswa generasi milenial
dengan hibah PDP Dikti. Senang jika ada yang meneruskan penelitian itu.
4.
Bagaimana tips memilih konjungsi yang tepat untuk
menghubungkan setiap kalimat dlm satu paragraf dan bagaimana menghubungkan
antar paragraf?
Konjungsi antar
kalimat dipilih berdasarkan jenis kalimatnya.
Sedangkan,
konjungsi antar paragraf dikontrol dengan kalimat topiknya. Untuk menjawab ini
harus melihat gambaran besar struktur sebuah artikel. Jadi, dalam pendahuluan, penulis mencantumkan thesis
statement alias pendapat penulis dulu. Pendapat penulis mengandung beberapa
kalimat topik. Nah, kalimat topik itu nanti yang akan ditaruh satu per satu di
setiap paragraf. Sehingga satu artikel nyambung semuanya. Jadi, dilihat, kalau kalimatnya mengandung sesuatu yang
kontras bisa gunakan konjungsi: namun, padahal, dan lainnya.
5.
Dalam membuat kalimat harus jelas topik yang dibahas/
fiutarakan. Apakah bisa untuk
memperjelas kalimat yang dimaksud menggunakan bahasa dalam sebuah kalimat menggunakan bahasa lokal. Dan apakah daerah
lain paham jika menggunakan bahasa lokal.
Jika tanpa ada keterangan yg umum/ bahasa yg duketahui oleh umum.
Bisa. Cara penulisannya, bahasa
lokal dituliskan dengan huruf miring. Kemudian dikasih penjelasan apa yang
dimaksud dari istilah lokal yang digunakan tersebut. Apabila sudah ditulis
miring sebetulnya dalam kaidah penulisan bahasa indonesia semua orang sudah
paham kalau iti istilah di luar bahasa indonesia.
6.
Bagaimana cara berlatih supaya kita pandai memilih atau
menempatkan kata-kata, sehingga menarik bagi para pendengar atau pembaca?
Jadi, dalam
pendahuluan, penulis mencantumkan thesis statement alias pendapat penulis dulu.
Pendapat penulis mengandung beberapa kalimat topik. Nah, kalimat topik itu
nanti yang akan ditaruh satu per satu di setiap paragraf. Sehingga satu artikel
nyambung semuanya. Jadi, dilihat,
kalau kalimatnya mengandung sesuatu yang kontras bisa gunakan konjungsi: namun,
padahal, dan lainnya.
7.
Lebih sulit mana menyusun kata kalimat paragraf dengan
mengoreksi tulisan orang lain Krn hukum nya sama ,Kalau membuat kalimat yg
dilihat diparagraf tinggal memberi kata penyambung yg manis, jika mengoreksi
tulisan org lain lbh sulit apa sebaliknya?
Hmmm..menyusun
dan mengoreksi. Mengoreksi dalam arti apa ini?
Kalau membenarkan
tulisan orang lain yang banyak kesalahannya memang cukup rumit. Mending ditulis
ulang dengan kata sendiri. Ibarat penjahit, lebih suka jahit baju dari awal
daripada harus benerin baju yang salah jahit.
Namun, jika
dasar-dasar menulis sudah dikuasai, akan mudah mengoreksi tulisan orang lain.
8.
Beberapa saat lalu saya cukup aktif berlatih menulis.
Rasanya wkt itu agak lancar. Dalam kurun wkt 2 th tdk latihan lg. Saat memulai
jadi kaku dan terasa harus mengulang dr awal. Mengapa begitu?
Bahasa secara
alamiah memang seperti itu, baik dari segi writing, speaking, listening, maupun
reading. Jadi, itu normal karena otak belum terbiasa untuk mengolah bahasa
kembali.
Solusinya,
membiasakan diri kembali untuk menulis. Sebetulnya tidak mengulang dari awal,
Ibu tinggal me-recall/memanggil kembali kebiasaan Ibu dalam menulis dulu,
kemudian mulai dibiasakan lagi mulai dari sekarang hingga ke depannya.
9.
Bagai mana membuat
pragraf yg tepat ?
Praktik menulis
paragraf yang tepat, sekiranya begini. Selalu tanyakan "what/why" apa
atau kenapa dari kalimat topik.Jika kalimat topik membutuhkan detail apa, maka
jelaskan apanya.
Jika kalimat
topik butuh detail kenapa, maka jelaskan kenapanya. Satu lagi, jika apa dan kenapa tidak
berfungsi, saatnya berpikir alternatif dengan kata "jika". Yang ini
agak susah dijawab dengan tulisan. Namun, beberapa paragraf dalam tulisan
materi saya ada juga yang menggunakan alternatif kata "jika".
Seperti itu
kurang lebihnya.
10.
Bagaimana membuat sebuah paragraf yg baik dan menarik
untuk dibaca? karena sudah berkali-kali saya coba buat tulisan, tulisan saya
kurang menarik dan biasa saja. Adakah tips
khusus untuk mengembangkan sebuah diksi,kalimat, dan paragraf yg menarik untuk
dibaca???
Setidaknya ada 2
model yang bisa membantu Ibu bagaimana menyusun paragraf yang baik:
11.
Untuk artikel bebas yang mana yang harus digunakan. kata
personal, formal atau akademik?
Artikel bebas
atau artikel populer bisa menggunakan antara kata personal atau formal. Yang
pasti, kata ganti orang sangat dihindari dalam penulisan akademik.
Dalam konteks
blog, saya dan anda masih termasuk formal, para blogger profesional banyak
menggunakan kata ganti itu. Aku dan kamu bisa digunakan juga supaya terasa
lebih personal. Jadi, lihat kembali siapa pembaca.
Terkadang dalam menulis buku ada beberapa
istilah teknis yang justru kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sedikit
aneh, dan mungkin berubah pemahaman bagi pembaca
Adakah ketentuan dari penerbit bahwa naskah
diupayakan dalam bahasa Indonesia yang baku ?Saya baru membuat 2 buah buku
melalui penerbit independen
Ada sedikit "kebebasan"dalam soal naskah
Tidak ada. Dalam
tata bahasa indonesia yang resmi pun kata asing boleh dimasukkan dengan cara
penulisan tertendiri. Biasanya dengan dicetak miring.
Semua tergantung
konteks dan terget pembaca sebetulnya. Penerbit besar seperti Elexmedia, naskah
teman saya diterbitkan di sana dengan gaya bahasa elu gue. Tidak msalah karena
target pembaca anak alay.
13.
Sebaiknya dlm karya ilmiah menggunakan paragraf deduktif,
induktif atau campuran . Atau boleh
semuanya.
Secara umum,
boleh semuanya.
Namun, dalam
teori penulisan akademik, supaya paragraf mudah dipahami gunakan paragraf
deduktif. Jadi, kalimat pokok selalu di depan. Dalam penulisan artikel jurnal
juga seperti itu.
Sejauh saya
mengamati, penerapan paragraf deduktif, induktif atau campuran, itu hanya diaplikasikan dalam
reading atau naskah bacaan untuk ujian bahasa atau ujian sekolah.
Namun, praktek
dalam menulis, yang banyak digunakan adalah paragraf deduktif.
14.
Apakah dalam penulisan
paragraf dalam sebuah buku misalnya buku untuk materi pembelajaran maka
diksinya harus selalu akademik atau boleh bervariasi?
Sekali lagi,
pemilihan diksi tergantung target pembaca.
Dalam konteks
buku pelajaran sebaiknya gunakan diksi yang formal saja. Siswa akan bingung
jika diksi terlalu akademik.
Beda misalkan
membuat buku teks untuk anak kuliah atau kalangan akademisi, dimana ini sudah
masuk ke penulisan akademik, gunakan diksi akademik.
15.
Apakah menulis harus benar benar menggunakan kata baku
meskipun untuk cerita fiksi.
Tidak.
Sederhananya, mengutip judul lagunya almarhum Glen Fredly, "terserah . .
." Sesuka penulisanya jika ingin menulis fiksi.
Namun, ada satu
hal yang tetap dijadikan patokan, setiap satu paragraf pasti ada inti pesan
yang ingin disampaikan meskipun dalam penulisan fiksi.
Tetapi, dalam
penulisan paragraf tersebut tidak seketat penulisan non-fiksi.
16.
Bagaimana cara membuat kalimat utama yang baik ketika
kita akan menyusun paragraf dan dimana menempatkan kalimat utama tersebut pada
suatu paragraf, apakah di awal, di tengah, atau di akhir paragraf, agar lebih
mudah dalam menjabarkan menjadi sebuah paragraf yang utuh dan baik?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar